Kamis, 01 Desember 2011

Sebuah Keputusan

Hari ini adalah hari terakhir kuliah di semester 3. Ga kerasa udah mau akhir semester lagi dan UAS siap menghadang dalam dua minggu ke depan. Ngomong-ngomong soal kuliah terakhir, tadi gue baru aja selesai tiga mata kuliah, dan mendapati satu mata kuliah yang rada bikin gue gelisah. Gelisah? Yap, karena berhubungan dengan target pencapaian akademik gue di semester ini. Ada target tertentu yang gue pribadi ngerasa sangat terobsesi dengan target ini. Semacam "pokoknya target itu harus gue capai semester ini. HARUS!" Gue punya target untuk dapet IP 3,5 semester ini.

Balik ke soal mata kuliah yang bikin galau. Ceritanya sang dosen ngasih bocoran nih tentang hasil nilai yang bakal keluar di akhir semester nanti. Dia bilang "setelah saya lihat hasil nilai pekerjaan kalian, saya akan umumkan nama-nama mahasiswa yang wajib ikut ujian, dan yang tidak usah ikut ujian" WHAT??! kinda weird isn't it? Ada kebijakan yang menyatakan bahwa terdapat mahasiswa yang ga usah ikut UAS karena nilainya udah cukup. Wow. Sumpah gue baru denger. And I have to admit that decision kinda sucks. Yop balik ke cerita. Ternyata selain kategori mahasiswa yang wajib atau tidak ikutan UAS, ada juga mahasiswa yang boleh pilih untuk ikut UAS atau enggak. Mahasiswa-mahasiswa ini adalah mereka yang udah dapet nilai B dan masih ada kesempatan untuk dapet nilai A, atau....................... "kesempatan" untuk dapet nilai di bawah B lewat UAS nanti. Alhamdulillah gue termasuk ke dalam kategori mahasiswa "pilih-pilih" -___- Terus terang gue belum ngerasa puas dengan nilai B, gue pengen A. Ya, gue pengen A. Jadi waktu dosennya nanya keputusan apa yang gue ambil, gue jawab "ujian bu" dengan perasaan gue sendiri yang belum seratus persen yakin kalo minimal gue harus bisa mempertahankan nilai B gue lewat ujian itu. Yang jadi fokus gue cuma pengen dapet hasil termaksimal sampe ujian akhir mata kuliah ini terutama untuk mengejar target yang gue bilang di awal.

Keputusan yang menggelisahkan. Ya, itu dia. Mungkin kalo gue ambil keputusan buat ga ikut UAS, nilai B itu ga akan ke mana dan jadi nilai akhir gue. Tapi dengan keputusan ini, nilai B itu udah ga jadi jaminan nilai akhir gue lagi. Satu hal yang menguatkan gue waktu ngambil keputusan adalah bahwa kemungkinan itu selalu ada. Kemungkinan kalo gue bisa memperbaiki/meningkatkan nilai B gue jadi A. Ngambil keputusan untuk ikut ujian akhir yang tadi itu bagai (gue mau rada berfilosofi ceritanya) seorang pengembara yang telah sampai di bukit luas penuh tambang emas. Ia ambil emasnya, dan setelah dirasa cukup untuk dijual, ia siap untuk kembali. Namun, tak disangka di seberang jurang ia melihat kelipan-kelipan indah yang berasal dari bukit seberang yang ditutupi oleh tumpukan berlian! Sang pengembara ingin mendapatkannya, namun untuk sampai ke seberang jurang ia harus melewati sebuah jembatan rapuh yang terbentang dari bukit satu ke bukit lainnya. Nah gue mau bilang kalo bukit yang penuh tambang emas itu nilai B gue, tumpukan berlian di bukit seberang itu nilai A, dan jembatan rapuhnya itu adalah UAS-nya!! Di mana gue ga begitu yakin bisa ngelewatinnya dengan baik. Kenapa rapuh? Karena sesuai dengan spirit gue sampe detik ini. Keyakinan gue rapuh untuk bisa mempertahankan nilai B. Tapi sekali lagi gue mau bilang, kemungkinan terbaik di depan sangat memotivasi gue, tapi bukan berarti yang terburuk ga gue persiapkan. So actually it doesn't really matter with the scores or whatsoever, I just feel like I have to do my best especially for this semester in order to prove to myself that I can do it better than the last semester.

Akhir kata, gue mohon doanya aja ya biar pas UAS nanti dimudahkan dalam menjawab soal-soalnya. Insya Allah the best is yet to come :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar