Jumat, 03 Juni 2011

SCRE4M (Review Pribadi)


Ya, dua hari yang lalu saya baru aja nonton film "SCRE4M" dan itu film bener-bener KEREN!! ceritanya emang dari dulu udah terobsesi sama film-film Scream, jadi seri ke-empat ini jadi tontonan wajib awal bulan Juni ini. Triloginya yang berakhir (ternyata cuma sementara) di tahun 2000, udah bikin kesan tersendiri di hati para fansnya. Jadi ga heran setelah sebelas tahun franchise ini menghilang dari kancah perfilman Hollywood, para penikmat film nunggu-nunggu bgt kisah dari seri keempatnya. Saking berkesannya film, sampe niat buat bikin review sendiri nih. Sip, langsung ke review, cekidot!

(Sinopsis dulu nih)
Secara singkat, tokoh utama dari film ini Sidney Presscot (Neve Campbell) sekarang menjadi penulis buku. Isi bukunya tentang pengalaman masa lalunya yang berkali-kali menjadi sasaran pembunuh sadis di Woodsboro satu dekade yang lalu (entah itu berbentuk biografi atau apapun ya). Dalam rangkaian tur promosi bukunya, Sidney akhirnya sampai di kampung halamannya Woodsboro, sebuah kota kecil yang tak lain adalah tempat asli dari kejadian pembunuhan berantai yang ia tulis di bukunya. Di sana Sidney kembali bertemu dengan dua orang teman lamanya Dewey (David Arquette) dan Gale (Courteney Cox). Kembalinya Sidney ke Woodsboro membangkitkan kembali teror pembunuh berantai yang sempat hilang selama satu dekade terakhir.

Review
Film dibuka dengan potongan-potongan film STAB yg dikisahkan dalam seri film Scream adalah film adaptasi kisah nyata hidup Sidney Prescott yang menjadi sasaran utama pembunuh berantai. Disadari atau tidak, di awal film banyak terdapat dialog-dialog yang secara eksplisit seolah mengumumkan kembalinya kedigdayaan franchise Scream ke ranah perfilman horror. Itu bisa dilihat dari dialog para tokohnya saat menyindir film-film horror zaman sekarang, seperti SAW, dan film-film horror adaptasi Asia. Khusus untuk SAW, dalam salah satu dialog pembuka film horror slasher ini disindir dengan cukup pedas. Seperti disebutkan bahwa film SAW tidak memiliki alur cerita yang baik, atau tidak adanya pengembangan tokoh di setiap filmnya, hanya menjual darah dan kesadisan. Dialog-dialog tersebut seolah mengatakan bahwa film Scream yang keempat ini menawarkan sesuatu yang berbeda dari film-film horror zaman sekarang. Jika kita mengikuti seri film Scream dari film pertama, maka dialog-dialog tersebut akan sangat mudah dicerna karena banyak terdapat juga unsur flashback bagi para fans setianya.

Beberapa adegan atau kejadian khas ala Scream memang tetap ditampilkan, seperti film dibuka dengan pembunuhan, lalu teror telepon (yang ini sepertinya memang tak bisa dihilangkan), lalu tiga tokoh utama (Sydney, Dewey, dan Gale) yang meski berkali-kali diserang namun tidak mati, adegan di mana jika seseorang sendiri di rumah maka tidak lama lagi akan menerima telepon, diserang dan mati, juga monolog (lumayan panjang) si pembunuh di klimaks cerita sesaat setelah membongkar kedoknya. Kesemuanya ditampilkan kembali. Bagi para fans Scream, maka sudah tak asing lagi jika melihat beberapa adegan yang familiar ala Scream tersebut. Mungkin ini dilakukan sebagai bagian dari usaha untuk menjaga ciri khas filmnya sendiri.

Tak bisa dipungkiri, film ini menjadi semacam nostalgia bagi para penggemar film horror maupun fans setianya. Seandainya cerita dibuat semurahan mungkin tanpa pengembangan tokoh dan hanya memunculkan si pembunuh dengan topeng khasnya, kemungkinan besar hal tersebut masih bisa "dimaafkan" karena ini momen comeback dan banyak orang suka dengan momen-momen seperti ini. Namun sutradara Wes Craven tidak membiarkan franchise filmnya menjadi bahan jualan semata. Terlihat dari segi pengembangan tokoh yang menunjukkan progress, tensi ketegangan yang naik turun sepanjang alur cerita, hingga ending film yang terasa lebih dramatis dan tak terduga dibanding tiga film sebelumnya. Dalam film ini juga terdapat beberapa tokoh yang dirasa "dipasang" untuk mengecoh penonton dari si pembunuh yang sebenarnya. Sehingga kita terkadang menebak-nebak siapa dalang dari serangkaian pembunuhan tersebut, namun di akhir cerita semua ekspektasi kita akan hancur seiring dengan terbongkarnya kedok sang pembunuh. Never try to guess, the ending is really unexpected!

Sebagai fans film Scream, saya memang terkesima dan sangat terhibur dengan installment keempatnya ini. Namun harus diakui film ini pun memiliki kelemahan. Beberapa kelemahan yang tampak jelas bagi saya di antaranya, saat beberapa tokoh "pengecoh" ditampilkan. Memang tokoh pengecoh tersebut cukup ampuh dalam menambah rasa cerita, namun dalam scene-scene tertentu, adegannya terasa sangat dipaksakan, seperti adegan muncul dari balik kegelapan sembari berbicara dengan tatapan dingin, atau datang secara tiba-tiba setelah si pembunuh menghilang. Sepertinya penonton sudah bosan dengan hal-hal seperti itu. Kelemahan juga terlihat di ending cerita. Motif si pembunuh untuk melakukan pembunuhan berantai hanya karena menginginkan popularitas semata terasa sangat dibuat-buat, apalagi pelakunya masih sangat muda (murid SMA) rasanya tidak akan seberani itu untuk melakukan serangkaian aksi pembunuhan sadis hingga rela menyakiti diri sendiri agar dikira sebagai korban. Selanjutnya kelemahan nampak saat cerita diakhiri dengan label "happy ending" (secara pribadi memang saya menginginkan seperti itu) karena Sidney ternyata masih hidup dan tetap menjadi "jagoannya", namun secara nalar hal tersebut agak konyol. Bagaimana mungkin Sidney yang sudah ditusuk berkali-kali dengan kekuatan tusukan yang sama pada korban lain yang mati masih bisa bertahan hidup?? di sini terlihat ego Carven sebagai si empunya film untuk tetap menonjolkan karakter Sidney meskipun agak dipaksakan. Sehingga tagline "New Decade, New Rules" seolah terpampang tanpa arti setelah menyaksikan filmnya, karena toh sebagian besar cara dalam menuturkan ceritanya masih menggunakan formula yg sama.  Namun terlepas dari poin plus dan minusnya, fans setia film Scream (salah satunya saya huehe) sudah barang tentu sangat senang dengan kembalinya film horror favorit mereka.

Akhir kata, yang baca boleh setuju atau enggak dengan review ini, yang jelas untuk lebih detailnya tonton aja sendiri filmnya. Highly recommended! B)   SCRE4M Trailer

Picture and trailer by Google & Youtube.